Pemeriksaan Vital Sign (Tanda-Tanda Vital)
Pemeriksaan tanda-tanda vital (vital sign)
merupakan enam parameter tubuh yaitu: tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
suhu tubuh, tinggi dan berat badan. Parameter-parameter ini bertujuan untuk menilai fungsi
fisiologis sebagai dasar untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam penanganan pasien.
Sumber gambar : proprofs.com
A.
TEKANAN DARAH
Tekanan darah arteri adalah tekanan
atau gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini
berubah-ubah sepanjang siklus jantung, tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi
jantung disebut tekanan sistolik, sedangkan titik terendah dalam siklus ini
disebut tekanan diastolik. 5 faktor penentu tinggi rendahnya tekanan darah
yaitu:
·
Curah jantung
·
Tahanan pembuluh darah tepi
·
Volume darah total
·
Viscositas darah
·
Kelenturan dinding arteri
Sfigmomanometer: Merupakan alat pengukur tekanan
darah, terdiri dari sfigmomanometer air raksa dan aneroid.
Pemilihan manset tekanan darah
yang tepat adalah sebagai berikut: lebar kantong manset yang dapat digembungkan
harus berukuran kira-kira 40 % lingkar lengan atas (sekitar 12-14 cm pada
individu dewasa ata-rata), panjang kantong balon harus sekitar 80% lingkar
lengan atas (dengan panjang yang mencukupi untuk melingkari lengan)
Persiapan pengukuran tekanan
darah:
ü Idealnya, minta pasien untuk
tidak merokok atau minum minuman berkafein selama 30 menit sebelum pengukuran
tekanan darah dan istirahat sedikitnya 5 menit.
ü Pastikan ruangan pemeriksaan
tenang dan hangat
ü Pastikan lengan yag dipilih
untuk diperiksa tidak tertutup pakaian
ü Palpasi aretri brakhialis untuk
memastikan denyut nadi masih aktif
ü Atur posisi lengan sehingga
arteri brakhialis terletak pada lipatan antekubital, setinggi jantung kira-kira
sejajar dengan interkosta keempat pada sambungannya dengan sternum.
ü Jika pasien duduk, istirahatkan
lengan diatas meja sedikit diatas pinggang pasien; jika berdiri, usahakan untuk
menopang lengan pasien sejajar tinggi tengah dada.
Mengukur tekanan darah
ü Pasien dalam posisi duduk atau
berbaring, lengan diatur sedemikian rupa sehingga Arteri Brakhialis terletak
setinggi jantung. Lengan dalam posisi abduksi, rotasi eksterna, dan sedikit
fleksi. Lilitkan manset yang sudah kempis dengan ketat pada lengan atas
sehingga batas bawah manset tersebut kira-kira 1 cm diatas fosa antekubiti.
ü Untuk menentukan seberapa
tinggi menaikan tekanan manset, tentukan tekanan sistolik dengan palpasi. Mula-mula
tekanan darah diukur dengan palpasi agar kesenjangan auskultasi masih dapat
dideteksi. Rabalah denyut Arteri radialis dan pompalah manset sampai denyut tak
teraba lagi. Perlahan-lahan kempiskanlah manset dan catatlah angka pada saat
denyut teraba lagi. Ini adalah tekanan sistolik. Baca nilai tekanan ini pada
manometer dan tambahkan 30 mmHg dari nilai yang didapatkan, gunakan perhitungan
ini sebagai sasaran nilai untuk pemompaan selanjutnya sehingga mencegah
ketidaknyamanan karena tekanan tinggi manset yang tidak perlu. Hal ini juga
menghindari kesalahan tertentu yang disebabkan oleh gap auskultasi, suatu
interval diam antara tekanan sistolik dan diastolik.
ü Setelah mengukur tekanan
sistolik dengan palpasi, letakan bagian bel stetoskop dengan hati-hati diatas
arteri brakhialis, pastikan bahwa ujung pengeluaran udara sudah terkunci,
caranya dengan memutar penuh penutup udara. Bunyi yang terdengar (bunyi
korotkoff) relatif berfrekuensi rendah, jenis suara ini terdengar lebih baik
dengan bagian bel stetoskop.
ü gembungkan manset dengan cara
memompa sampai dengan nilai tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, lalu
kempiskan perlahan dengan laju penurunan sekitar 2-3 mmHg/detik. Catat tekanan
saat terdengar suara paling sedikit 2 detak berurutan. Ini merupakan tekanan
sistolik.
ü Teruskan turunkan tekanan
secara perlahan, sampai titik menghilangnya suara detak jantung, biasanya hanya
beberapa mmHg dibawah titik munculnya suara. Catat. Ini adalah tekanan
diastolik
Bila manset dikempiskan
perlahan-lahan, terjadi vibrasi pada dinding pembuluh darah yang terdengar sebagai bunyi korotkoff,
terdiri dari 5 fase:
1) Dimulai saat bunyi terdengar,
disebut tekanan sistolik
2) Jika tekanan dalam manset makin
diturunkan, aliran yang melewati pembuluh darah makin meningkat , menimbulkan
bunyi mendesir yang meruakan ciri khas fase kedua
3) Pada fase ini, bunyi tersebut
menjadi lebih keras dan lebih nyaring
4) Bunyi tiba-tiba menjadi redup ,
lemah dan meniup
5) Bunyi sama sekali tidak
terdengar, disebut tekanan diastolik
ü Lepaskan manset dari lengan
pasien secara perlahan
ü Untuk akurasi, baca level
tekanan sistolik dan diastolik sampai yang terdekat dengan 2 mmHg. Tunggu
selama 2 menit atau lebih dan ulangi. Rata-ratakan hasil pembacaan, jika dua
pembacaan pertama memiliki perbedaan lebih dari 5 mmHg, lakukan pembacaan
selanjutnya. Ukur tekanan darah pada kedua lengan sedikitnya sekali.
ü Pada pasien yang menerima obat
antihipertensi atau yang memiliki riwayat pingsan, pusing postural, atau
kemungkinan deplesi volume darah, ukur tekanan darah dalam dua posisi, terlentang
dan berdiri. Turunnya tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih, khususnya disertai
gejala, menunjukan hipotensi ortostatik (postural)
Interpretasi
Klasifikasi tekanan darah
dewasa lebih dari 18 tahun menurut Joint Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure:
Kategori
|
Sistolik
(mmHg)
|
Diastolik
(mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
<80
|
Prehipertensi
|
120-139
|
80-89
|
Hipertensi
|
||
Tahap I
|
140-159
|
90-99
|
Tahap II
|
≥160
|
≥100
|
B. DENYUT
NADI
Denyut nadi dimulai dengan
membukanya katup aorta. Tekanan didalam aorta meningkat dengan cepat ketika
bolus darah menggelembungkan dindingnya.ketika ejeksi melambat dan darah
mengalir kedalam sirkulasi perifer, tekanan didalam aorta turun.
Ada perbedaan antara aliran
darah dan aliran gelombang tekanan. Darah mengalir dengan kecepatan kira-kira
0,5 m/detik. Sedangkan gelombang tekanan berjalan jauh lebih cepat kira-kira
5m/detik. Seperti halnya kereta barang yang baru mulai berjalan, getaran
goncangannya bergerak lebih cepat daripada keretanya itu sendiri. Denyut nadi
sebenarnya merupakan gelombang tekanan, bukannya gerakan darah yang sebenarnya.
Gelombnag nadi sampai di arteri karotis 30m/detik, arteri brakhialis 60m/detik,
arteri radialis 80m/detik dan arteri femoralis 75m/detik setelah aktivasi
elektris sistol ventrikel.
Manfaat pemeriksaan denyut nadi
akan lebih ditingkatkan jika lebih dari satu arteri dipalpasi. Arteri karotis
dan arteri brakhilais paling tepat mencerminkan bentuk gelombang tersebut.
Arteri-arteri ini lebih dekat dengan aorta, sehingga bentuk gelombangnya lebih
sedikit mengalami distorsi. Arteri radialis cocok untuk menghitung denyut nadi.
Teknik pemeriksaan denyut nadi
Ujung-ujung jari ditekankan
makin lama makin kuat diatas arteri
sampai denyut maksimum teraba. Otot yang mengelilingi arteri tersebut
harus direlaksasikan. Jika meraba arteri brakhialis, sokonglah lengan atas
pasien dan sikunya sedikit difleksikan. Arteri karotis paling baik diraba tepat
dibawah angulus mandibula, dengan kepala pada posisi netral, sedikit ekstensi.
Palpasilah arteri karotis dengan hati-hati. Palpasi yang kasar akan merangsang
sinus karotikus dan secara reflaks memperlambat denyut jantung
Perhatikan kecepatan, irama,
volume dan konturnya. Hitung denyut nadi dalam semenit penuh.
Frekuensi jantung. Nadi
radialis umumnya digunakan untuk mengkaji frekuensi jantung. Dengan bantuan
ujung jari telunjuk dan jari tengah, tekan arteri radialis sampai terdeteksi
pulsasi yang maksimal. Jika irama teratur, hitung frekuensi selama 15 detik dan
kalikan 4. Jika frekuensi cepat atau lambat tidak seperti biasanya, hitung
selama 60 detik, jika irama denyut tidak teratur, evaluasi frekuensi dengan
mengauskultasi apeks jantung (denyut apikal)
Irama jantung. Rasakan denyut
radialis. Periksa lagi irama dengan mendengarkan stetoskop pada apeks jantung.
Apakah irama teratur atau tidak. Jika tidak teratur, usahakan untuk
mengidentifikasi pola: (1) apakah denyut yang muncul pertama mengikuti irama
dasar yang teratur (2) apakah ketidakteraturan bervariasi secara konsisten
dengan pernapasan (3) apakah irama secara keseluruhantidak teratur. Bradikardia
berarti kecepatan denyut jantung lambat, sebaliknya denyut jantung cepat
disebut takikardia
C.
PERNAPASAN
Kecepatan pernapasan adalah
jumlah inspirasi permenit. Karena kecepatan pernapasan lebih rendah dan kurang
teratur dibanding denyut nadi, maka harus dihitung semenit penuh untuk
mengurangi kesalahan. Selain kecepatannya, nilai juga volume, usaha bernapas
dan pola pernapasan. Nilailah pola pernapasan sambil bercakap-cakap dengan
pasien.
Normal, individu dewasa
bernapas 14-20 kali permenit dalam pola yang tenang dan teratur. Pernapasan
yang cepat disebut takipnea dan pernapasan yang lambat disebut bradipnea. Pernapasan
yang cepat dan dalam disebut pernapasan kussmaul. Sedangkan cheyne-stokes
adalah jenis pernapasan fasik atau periodik, periode apnea diselingi dengan
periode hiperventilasi. Pernapasan secara perlahan dan progresif menjadi lebih
cepat dan dalam setelah suatu periode apnea dan kemudian secara berangsur
–angsur menurun lagi sampai periode apnea berikutnya. Panjang siklus ini
bervariasi berkisar antara 30 detik sampai 2 menit dengan periode apnea 5-30
detik. Pernapasan Biot terdiri dari periode apnea yang dengan tiba-tiba
diselingi dengan periode pernapasan konstan dan dalam. Baik pada Cheyne-Stokes
maupun biot, kesalahan terletak pada sistem umpan balik pengaturan pernapasan
D.
SUHU TUBUH
Demam, peningkatan suhu tubuh
karena suatu penyakit merupakan suatu tanda klinis tertua. Suhu tubuh
mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Bila suhu tubuh diatas rata-rata, mekanisme
pengeluaran panas lebih dominan sehingga terjadi vasodilatasi perifer menyebabkan
berkeringat dan hiperventilasi. Sebaliknya bila suhu tubuh turun dibawah suhu
tertentu, pembentukan panas lebih ditingkatkan, laju metabolisme meningkat,
otot-otot ditegangkan dan bahkan sampai menggigil.
Suhu normal;
ü Suhu oral, rata-rata biasanya
370C, sangat berfluktuasi dari dini hari hingga petang atau malam
hari. Pilih termometer kaca atau elektronik. Jika menggunakan termometer kaca,
goyangkan termometer hingga ke nilai 350C atau suhu dibawahnya.
Masukan dibawah lidah, anjurkan pasien menutup kedua bibirnya tunggu selama 3-5
menit. Kemudian baca termometer, masukan kembali selama 1 menit dan baca
kembali. Jika menggunakan termometer elektrik, letakan hati-hati penutup sekali
pakai pada ujung termometer dan masukan termometer dibawah lidah, biasanya
hanya butuh 10 detik.
ü Suhu rektall lebih tinggi
daripada suhu oral sekitar 0,40C sampai 0,50C
ü Suhu aksila lebih rendah
dibandingkan suhu oral, sekitar 10C, tetapi memerlukan waktu 5
sampai 10 menit untuk menunggu hasilnya dan dipertimbangkan kurang akurat bila
dibandingkan cara yang lain.
ü Cara lain yang semakin lazim
adalah: pemeriksaan suhu membran timpani, lebih cepat dan amandan dapat
dipercaya jika dilakukan dengan tepat. Pastikan bahwa kanalis auditorius
eksternal tidak ada serumen. Posisi ujung termometer didalam lubang. Tunggu 2-3
detik sampai tampak angka digital suhu. Metode pengukuran suhu inti tubuh ini
lebih tinggi dibandingkan suhu oral normal, perbedaannya sekitar 0,80C
E.
TINGGI BADAN & BERAT BADAN
Ukurlah tinggi badan dan berat
badan menggunakan alat pengukur yang tingkat akurasinya baik. Kemudian catat
hasilnya.
Sumber :
1.
Bickley,
Lynn S., (2008).
Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates
Edisi 5.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2.
Burnside,
Mc Glynn, (1995).
Adams Diagnosis Fisik cetakan V.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dalam :
1.
Iing, 2015. Buku
Pegangan Mahasiswa Semester 1. Mataram: Skills Lab Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar
0 Response to "Pemeriksaan Vital Sign (Tanda-Tanda Vital)"
Posting Komentar