Pemeriksaan Fisik Umum Kepala & Leher

Pemeriksan Fisik Umum Kepala & Leher. Kepala dan leher merupakan salah satu bagian vital, didalamnya terdapat otak dan jaringan saraf yang mengatur keseluruhan fungsi tubuh manusia. Selain itu terdapat pula berbagai reseptor sensoris untuk penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan. Dileher terdapat pembuluh darah yang mensuplai zat-zat makanan ke otak dan juga membawa hasil metabolik dari otak, adanya jaras-jaras persarafan serta saluran udara.

Sumber gambar: gponline.com

A.     KEPALA
       Penderita diminta untuk duduk dihadapan pemeriksa. Perhatikan tampak muka, samping bahkan belakang kepala penderita dengan teliti, ada atau tidak ada suatu kelainan yang dapat membantu menegakan diagnosis.
Inspeksi
a.     posisi
       Perhatikan posisi kepala apakah normal atau miring, terlalu kedepan, terlalu kebelakang atau mungkin terputar. Disposisi dapat terjadi pada kelainan vertebra servikalis, usaha penderita untuk mengkompensasi gangguan pada penglihatannya atau mengurangi rasa sakit dan tidak enak yang berhubungan dengan penyakitnya. Misalnya tortikolis muskuler, ditandai dengan kepala yang mengalami fleksi pada sisi otot yang mengalami kelainan dan terputar kearah kontralateral. Biasanya proses ini dimulai sejak masa bayi dan sejalan dengan pertumbuhan maka akan timbul hipoplasia wajah muka pada satu sisi, disertai dengan plagiocephali (kepala miring karena tidak simetris).
b.     Pergerakan
    Kepala penderita dapat digerakan, terbatas atau tidak dapat digerakan sama sekali. Perhatikan sifat gerakan kepala yang abnormal, apakah:
Mendadak dan menyentak misal pada penderita korea
Berirama sesuai denyut jantung. Contoh: musset’s sign; gerakan mengangguk dan menengadah pada penderita insufisiensi aorta.
Gerakan tremor ritmik yang terus menerus misalnya pada penderita parkinson.
c.     Bentuk dan ukuran
       Bentuk dan ukuran kepala dapat bervariasi, dipengaruhi oleh bentuk tengkorak, adanya edema dan kelainan genetik sehingga kepala dapat terlihat:
ü  Normal
ü  Mikrosefal
ü  Makrosefal, misalnya hidrosefalus
ü  Menyerupai bentuk tertentu, misal tower skull (kepala menara) yang timbul akibat sinostosis prematur sutura koronarius dan sutura sagitalis.

Palpasi
a.     Tumor
       Raba dan perhatikan bentuk, ukuran, konsistensi, mobilitas (pergerakan), suhu nyeri tekan dan daerah sekitarnya.
b.     Denyut atau getaran
       Palpasi kepala secara hati-hati dan teliti. Rasakan ada atau tidaknya denyut atau getaran pada daerah-daerah tertentu.denyut normal seperti denyut arteri temporalis yang teraba dari depan lubang telinga harus dibedakan dengan denyut berlebih atau sistolik thrill yang kita temukan pada bola mata penderita fraktur tengkorak yang mengalami fistula kavernosa karotis. Begitu pula dengan tremor yang terasa pada penderita parkinson.
c.     Nyeri tekan
    Untuk membantu penegakan diagnosis, bilamana penderita mengeluh sakit pada kepalanya, kita harus memeriksa adanya nyeri tekan didaerah tertentu pada kepala. Nyeri dapat timbul karena adanya luka yang langsung dapat kita lihat ataupun karena kelainan dari dalam yang tidak terlihat, misalnya tumor, peradangan, infark otak, atau perdarahan intra kranial.
d.     Kelenjar
       Periksalah apakah kelenjar-kelenjar yang berada dikepala mengalami pembesaran atau tidak. Dengan palpasi kita dapat mengetahui bentuk dan ukuran pembesaran, konsistensi, nyeri tekan, penyebaran serta perbandingannya dengan kelenjar yang norma. Peradangan pada kelenjar dapat berasal dari kelenjar itu sendiri atau yang berasal dari daerah lainn disekitarnya. Adapun kelenjar yang paling sering membesar atau paling mudah diketahui bila terjadi suatu kelainan adalah kelenjar parotis pada penyakit parotis epidemica (gondongan)

Perkusi
       Ketuk kepala penderita dan perhatikan bunyi yang timbul serta rasa sakit yang dikeluhkan. Bagian yang biasanya diperiksa adalah daerah frontal dan maksila. Perkusi ini berguna untuk mengetahui adanya tumor atau peradangan sinus. Selain itu, perkusi juga bermanfaat untuk mengetahui adanya tetani. Cara pemeriksaannya dengan melakukan ketukan kuat pada bagian lubang telinga luar yang merupakan tempat keluarnya nervus (N) VII. Jika terdapat kontraksi atau spasme otot wajah pada sisi yang sama maka, tanda ini dikenal sebagai tanda Chvostek (ditemukan pada tetani hipokalsemi)

Auskultasi
       Auskultasi tengkorak kadang bermanfaat, pemeriksaan tersebut memungkinkan kita  untuk mendengarkan adanya bising kranial. Bising dapat didengar dalam kepala pada angioma (misalnya sindrome sturge-weber; angioma yang menyerang leptomening), tumor otak ataupun kelainan dipembuluh darah serebral. Sebagai contoh pada penderita fistula kavernosa karotis akibat fraktur tengkorak dapat terdengar bising sistolik didaerah bola mata.

B.     WAJAH
Inspeksi
a.     Warna
      Warna yang tampak pada wajah seorang penderita dapat terlokalisasi ataupun difus. Misalnya sianosis yang terlokalisir pada bibir merupakan akibat adanya penyakit jantung bawaan. Wajah dapat berwarna pucat, merah, ikterus, hitam dapat dipengaruhi oleh penyakit-penyakit seperti anemia dan kelainan pada katup jantung. Juga dapat dipengaruhi pula oleh hipoksia. Keracunan zat asam sianida atau pun emosi. Adanya hiperpigmentasi, hipopigmentasi misalnya pada albino atau pada luka bakar serta adanya memar dapat berpengaruh pada penilaian wajah penderita.
b.     Bentuk dan kesimetrisan
        Bentuk wajah ditentukan oleh bentuk tengkorak yan memiliki variasi individual. Adanya edema, tumor kelainan pada otot, saraf atau kulit yang terdapat pada wajah serta organ-organnya seperti ptosis pada mata, atau mulut yang miring karena bell’s palsy, mempengaruhi kesimetrisan wajah secara keseluruhan. Hal tersebut menyebabkan bentuk wajah seseorang penderita menjadi abnormal
c.     Ekspresi
       Berat atau ringan rasa sakit yang terlihat pada ekspresi wajah seorang penderita dapat merupakan ciri atau tanda khas suatu penyakit seperti risus sardonikus pada tetanus atau mask face pada penyakit parkinson. Facies hippocratica pada penderita yang akan meninggal, memberikan gambaran klasik; hidung yang tajam, mata cekung, kulit disekitar dahi kasar, teregang dan kering; wajah penderita kelihata berwarna hijau, hitam, kebiruan, atau tampak seperti warna timah.
d.     Edema
      Edema dapat bersifat lokal akibat peradangan pada gigi, telinga atau kelenjar yang terdapat diwajah, dapat pula menyeluruh karena beberapa penyakit yang menyerang paru-paru, jantung, pembuluh darah, dan ginjal. Dapat pula berhubungan dengan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, proses alergi dan reaksi terhadap obat.

Palpasi
a.     Pergerakan
       Pergerakan yang abnormal dapat disebabkan pergeseran tulang-tulang wajah akibat fraktur. Periksa persendian temporo mandibularis dengan meraba dan merasakan pergerakan saat penderita membuka dan menutup mulutnya, bunyi yang timbul dapat dianggap normal. Sedangkan adanya getaran atau denyut dapat dilihat pada bagian palpasi kepala.
b.     Tumor
       Lihat pada bagian palpasi kepala
c.     Edema
       Palpasi bagian yang membengkak dan temukan tipe edemanya apakah pitting atau non pitting, serta ada atau tidaknya nyeri tekan.
d.     Sinus
       Pemeriksaan pada sinus frontalis dengan cara menekan kearah atas, mulai dari bawah tulang alis, sebelah kiri kemudian sebelah kanan, begitupula dengan peeriksaan sinus maksilaris. Perhatikan adanya rasa nyeri bilamana terjadi peradangan , yang biasanya disertai pelunakan lokal dan demam serta nasal discharge.
e.     Nyeri tekan
       Lihat pada bagian palpasi kepala

C.     MATA
Inspeksi
a.     Bentuk dan ukuran
     Periksalah bentuk dan ukuran mata penderita dengan melihat tampak muka dan samping. Variasi dapat terjadi berdasarkan ras dan genetik. Perhatikan bentuk dan ukuran mata penderita, besar, kecil, eksoftalmos (mata menonjol keluar) atau enoftalmos (mata cekung)pada penderita dehidrasi berat.
b.     Kesimetrisan
       Perhatikanlah bentuk, ukuran dan jarak antara kedua mata, sejajar dan simetris atau ada kelainan. Gangguan pada saraf, edema, otot-otot wajah atau tumor pada salah satu mata menyebabkan mata penderita tampak asimetris.
c.     Alis
      Perhatikan ketebalan, distribusi atau bentuknya. Walaupun tidak terlalu khas tetapi dapat merupakan salah satu ciri penyakit tertentu, misalnya malnutrisi.
d.     Kelopak mata.
      Anjurkan pasien melihat lurus kedepan. Bandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan warna kelopak mata. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada pinggir kelopak mata dan catat setiap kelainan yang ada. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan posisi bulu mata. Untuk inspeksi kelopak mata bawah, minta pasien untuk membuka mata. Perhatikan frekuensi refleks berkedip mata.
e.     Konjungtiva dan sklera
      Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan. Tarik kelopak mata bagian bawahke bawah dengan menggunakan ibu jari. Gunakan sarung tangan jika ada secret di tepi kelopak mata. Amati keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah, catat jika terdapat infeksi, pus atau warnanya tidak normal / anemis. Jika diperlukan, amati konjungtivabagian atas, yaitu dengan membuka atau membalikkelopak mata atas dengan posisi pemeriksa berdiri dibelakang pasien. Amati warna sklera ketika memeriksa konjungtiva
f.      Kornea
      Berdiri di sisi pasien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi kejernihan dan tekstur kornea.
g.     Pupil dan iris
       Atur pencahayaan kamar menjadi sedikit redup. Pegang kepala dan dagu pasien agar tidak bergerak-gerak. Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil, dan reaksi terhadap cahaya. Uji refleks pupil terhadap cahaya:
ü  Sinari pupil pasien dengan senter dari samping
ü  Amati mengecilnya pupil yang sedang disinari
ü  Lakukan pada pupil yang lain
h.     Pergerakan bola mata
       Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan. Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus (pergerakan secara spontan ). Amati bentuk, frekuensi ( cepat atau lambat ), amplitude (luas atau sempit) bola mata, jika ditemukan nistagmus. Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu deviasi. Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada pasien dengan jarak 15 – 30 cm. Instruksikan pasien agar mengikuti gerakan jari pemeriksa ke-8 arah tatapan utama, yaitu atas dan bawah, kanan dan kiri, diagonal ke atas dan ke bawah kiri, diagonal ke atas dan ke bawah kanan.


D.     TELINGA
Inspeksi dan palpasi telinga luar.
       Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, (adanya) lensi/massa, dan kesimetrisan. Bandingkan dengan hasil normal. Lakukan palpasi dengan memegang telinga dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak kejaringan keras dan catat jika ada nyeri. Lakukan penekanan pada areatragus ke dalam dan tulang telinga dibawah daun telinga. Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut
ü  Pada orang dewasa, pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga keatas dan kebawah sehingga lurus dan menjadi mudah diamati
ü  Pada anak-anak, tarik daun telinga kebawah
Periksa adanya peradangan, pendarahan, atau kotoran/serumen pada lubang telinga.

E.     HIDUNG
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar.
      Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien. Atur penerangan. Amati bentuk dan tulang hidung bagian luar dari sisi depan,samping, dan atas. Amati keadaan kulit hidung terhadap warna dan adanya pembengkakan. Amati  kesimetrisan lubang hidung. Observasi  pengeluaran dan pelebaran nares (lubang hidung). Jika terdapat pengeluaran (secret, darah, dll), jelasakan karakter, jumlah dan warnanya. Lakukan palpasi lembut pada batang dan jaringan lunak hidung terhadap nyeri, massa. Letakkan satu jari pada masing-masing sisi arkus nasal dan memapalsinya dengan lembut,lalu gerakan jari dari batang ke ujung hidung.

F.     MULUT DAN FARING
Inspeksi mulut
        Atur duduk pasien berhadapan dengan pemeriksa dan tingginya sejajar. Amati bibir pasien untuk mengetahui warna bibir, kesimetrisan, kelembaban, dan apakah ada kelainan konginetal, bibir sumbing,pembengkakan, lesi, atau ulkus. Instruksikan pasien untuk membuka mulut guna mengamati gigi pasien. Amati keadaan, jumlah, ukuran, warna, kebersihan, karies, dan lain-lain. Amati keadaan gusi, (adanya) lesi, tumor, pembengkakan. Observasi kebersihan mulut dan (adanya) bau mulut/halitosis. Amati lidah terhadap kesimetrisan dengan cara meminta pasien untuk menjulurkan lidahya, lalu amati warna, kesejajaran, atau( adanya) kelainan. Amati semua bagian mulut termasuk selaput lender mulut dengan me,eriksa warna, sekresi, (adanya) peradangan, perdarahan, ataupun ulkus.

G.     LEHER
Inspeksi
       Atur pencahayaan dengan baik. Anjurkan pasien untuk melepas baju atau benda apapun yang menutupi leher. Amati bentuk leher, warna kulit, (adanya) jaringan parut, pembengkakan, (adanya) massa. Pengamatan dilakukan secara sisitematis mulai dari garis tengah sisi depan leher, samping, dan belakang. Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan pasien untuk menelan dan mengamati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat kurus.

Palpasi
      Untuk memeriksa nodus limfe, buat pasien santai dengan leher sedikit fleksi ke depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-otot. Gunakan bantalan ketiga jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut masing-masing jaringan limfe dengan gerakan memutar. Periksa setiap nodus dengan urutan sebagai berikut
1)    Nodus tonsilar pada sudut mandibula.
2)    Nodus submental pada garis tengah beberapa cm di belakang ujung mandibula.
3)    Nodus submaksilaris pada garis tengah di belakang ujung mandibula.
4)    Nodus servikal superficial, superficial terhadap sternomastoideus.
5)    Nodus servikal posterior, sepanjang tepi anterior trapezius.
6) Nodus supraklavikula, dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan sternokleidomastoideus.

Palpasi kelenjar tiroid, dengan cara:
        Letakkan tangan pada leher pasien. Palpasi fosa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah. Instruksikan kilen untuk minum atau menelan agar memudahkan palpasi. Jika teraba kelenjar tiroid, pastikan bentuk, ukuran, konsistensi, dan permukaannya.

Palpasi trakea dengan cara:
        Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien. Letakkan jari  tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, ke bawah, dan ke samping sehingga kedudukan trakea dapat di ketahui.

Auskultasi
       Auskultasi biasanya digunakan untuk mendengarkan aliran darah pada A.karotis. dengarkan ada tidaknya bruit pada arteri tersebut. Bising yang timbul biasanya merupakan bising sistolik dan hal ini berkaitan dengan adanya arteriosklerosis pada pembuluh darah tersebut. Auskultasi juga dilakukan diatas kelenjar tiroid. Pada hipertiroidisme akan terdengar bruit.


Sumber :
1.     Liem, Budi. Kirana, Stanley. Dewi, Cynthia. Editor: Prasetya, Edhiwan, (2006). Buku Panduan Diagnostik Fisik Di Klinik Edisi Revisi. Bandung: PT.Danamartha Sejahtera Utama
Dalam :

1.     Iing, 2015. Buku Pegangan Mahasiswa Semester 1. Mataram: Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pemeriksaan Fisik Umum Kepala & Leher"

Posting Komentar