Pemeriksaan Fisik Umum Abdomen

Pemeriksaan fisik umum abdomen. Menurut Delph dan Manning, Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Hal ini disebabkan karena palpasi dapat mengubah pergerakan saluran pencernaan (Daniel, 2006). Namun demikian referensi lain menyebutkan Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.

TOPOGRAFI ANATOMI ABDOMEN
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS). Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line abdomen. Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.

Regio abdomen dan proyeksi organnya:
Sumber gambar: anatomidianhusada.blogpsot.com

Proyeksi organ

Hipokondrium kanan
Lobus kanan hepar
Vesica fellea
Sebagian duodenum
Kolon bagian fleksura hepatica
Sebagian ginjal kanan
Glandula suprarenalis kanan
Epigastrium
Pilorus
Duodenum
Pankreas
Sebagian hepar
Kolon transversum
Hipokondrium kiri
Gaster
Lien
Cauda pankreas
Kolon bagian fleksura lienalis
Glandula suprarenalis kiri
Lumbal kanan
Kolon asenden
Setengah bawah ginjal kanan
Sebagian duodenum & jejunum

Umbilikus
Omentum
Mesenterium
Bagian akhir duodenum
Jejunum dan ileum
Lumbal kiri
Kolon desenden
Setengah bawah ginjal kiri
Sebagian jejunum dan ileum
Inguinal/iliaka kanan
Sekum
Apendiks vermikularis
Bagian akhir ileum
Ureter kanan
Funikulus spermatikus kanan
Ovarium kanan
Hipogastrium/suprapubis
Ileum
Vesica urinaria
Uterus
Inguinal/iliaka kiri
Kolon sigmoid
Ureter kiri
Funikulus spermatikus kiri
Ovarium kiri


Persiapan pemeriksaan
·       pencahayaan yang baik
·       pasien bersikap rileks/santai
·       pemeriksaan abdomen menyeluruh meliputi prosesus sifoideus sampai dengan supra pubis.
·       Kandung kemih harus kosong
·       Pasien dalam posisi terlentang yang nyaman, dengan sebuah bantal dikepala
·       Kedua lengan pasien disamping badan
·       Tangan pemeriksa dan stetoskop harus hangat dan kuku pemeriksa dipotong pendek
·       Periksa secara perlahan, hindar gerakan yang cepat dan tak terduga
·       Sebelum melakukan pemeriksaan tanyakan kepada pasien daerah mana yang terasa nyeri. Pemeriksaan pada daerah yang nyeri dilakukan terakhir dan hati-hati
·       Pada palpasi, perhatikan wajah pasien untuk menilai nyeri.

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
A. INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
ü  Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
ü  Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
ü  Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan
ü  Gerakan dinding abdomen, pada keadaan normal dapat terlihat
ü  Pembesaran organ atau tumor
ü  Peristaltik

 B. AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit. Mendengarkan suara peristaltic usus.
ü  Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-15 kali/ menit, sumber lain 5-34 kali /menit (Daniel, 2006). Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keping uang logam (metallic-sound). Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.

C. PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
ü  Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
ü  Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
ü  Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
ü  Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk menekuk lututnya.
ü  Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.
ü  Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus.

D. PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).
Orientasi abdomen secara umum.

Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). 

Sumber :
1. Lynn. S. Bickley; Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th Edition,Lippincott 2003.
2. Purwadisastra, Daniel. Pramudianto, Paulus. Editor: Prasetya, Edhiwan, (2006). Buku Panduan Diagnostik Fisik Di Klinik Edisi Revisi. Bandung: PT.Danamartha Sejahtera Utama
3. Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam: Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI, Jakarta, hal:51-55.

Dalam :
1. Iing & Benvenuto, A.F., 2015. Buku Pegangan Mahasiswa Semester 1. Mataram: Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pemeriksaan Fisik Umum Abdomen"

Posting Komentar